Selasa, 16 Oktober 2012

Mengenal Sisi Lebih Jauh Tentang Wanita

1. Perempuan adalah makhluk yang senang sekali “jajan”. Sebab, dalam anggapan mereka, toko, warung, mall, supermarket, atau pasar adalah tempat dimana mereka seolah merasa terkontrol (padahal buktinya mereka sangat “lost control” di tempat itu).

                                                              2. Perempuan sangat menyukai segala hal yang bersifat “tawar-menawar”. Jadi, pertanyaan tentang ‘apakah itu dibutuhkan’ tidaklah relevan. Bagi mereka, segala sesuatu yang dijual dan ditawarkan ibarat sebuah permainan yang mengasyikkan.

3. Perempuan pada dasarnya tidak punya sesuatu untuk dipakai. Jadi, jangan bertanya tentang rak baju di dalam kloset, kamu “hanya harus tidak mengerti kenapa”.

4. Perempuan butuh menangis. Dan mereka tidak akan menangis kecuali mereka tahu bahwa kamu bisa mendengarnya.

5. Perempuan akan selalu bertanya tentang sesuatu yang tidak mempunyai jawaban pasti. Ini adalah upaya mereka untuk membuatmu merasa bersalah.

6. Perempuan butuh berbicara. Jadi, mereka akan selalu ngobrol, ngomong, karena berdiam diri atau menutup mulut sangat menyiksa bagi mereka, walaupun mereka sebenarnya tidak ada yang ingin dibicarakan.
7. Perempuan butuh untuk merasa bahwa ada orang lain yang lebih ‘buruk’ dari mereka. Itu sebabnya kenapa acara-acara seperti Oprah Winfrey Show sangat sukses.

8. Perempuan tidak menginginkan seks sebesar keinginan laki-laki. Ini dikarenakan seks lebih bersifat fisik bagi laki-laki, dan bersifat emosional bagi mereka. Jadi, hanya dengan mengetahui bahwa laki-laki menginginkan seks dengan mereka, kebutuhan atau hasrat seksual mereka sudah terpenuhi.

9. Perempuan tidak menyukai serangga. Bahkan perempuan terkuat pun selalu membutuhkan laki-laki di samping mereka jika ada serangga yang muncul.

10. Perempuan tidak bisa menjaga rahasia. Sebab, itu seolah mengerat mereka dari dalam. Imbasnya, mereka merasa bahwa bukanlah sebuah ‘dosa’ bila membicarakan rahasia tersebut kepada satu atau dua orang.

11. Perempuan selalu ingin tampil berkelompok di depan umum. Karena ini memberikan mereka kesempatan untuk menggosip.

12. Perempuan tidak pernah tahan untuk tidak menjawab telpon, apapun yang sedang mereka lakukan. Sebab mereka menganggap telpon itu sebagai pengumuman lotre, dan mereka adalah pemenangnya.

13. Perempuan tidak pernah mengerti kenapa laki-laki menyukai mainan. Sedangkan laki-laki sangat paham bahwa mereka tidak membutuhkan ‘mainan’ lain bila perempuan punya tombol ‘on/off’.

14. Perempuan akan berpikir bahwa semua rasa ‘bir’ itu sama.

15. Perempuan akan menyimpan tiga jenis shampo yang berbeda dan dua jenis kondisioner di kamar mandi mereka.

16. Setelah perempuan mandi, jangan heran bila kamar mandi akan berbau seperti ‘hutan tropis’.

17. Perempuan tidak mengerti ‘daya tarik’ olahraga. Laki-laki akan mencari hiburan sebagai kesempatan untuk lari dari kenyataan. Sedangkan perempuan mencari hiburan untuk mengingatkan mereka bagaimana ’segala sesuatu’ bisa berbahaya.

18. Bila laki-laki pergi untuk 7 hari perjalanan, maka mereka akan membawa pakaian untuk lima hari dan akan memakai pakaian yang sama untuk beberapa hari. Tapi bila perempuan pergi untuk 7 hari perjalanan, maka mereka akan membawa pakaian untuk 21 hari. Ini karena mereka tidak tahu yang akan mereka rasakan apa yang mereka pakai setiap harinya.

19. Perempuan akan merapikan rambut mereka bila mau tidur.

20. Perhatikan bagaimana perempuan makan es krim, maka kamu akan tahu bagaimana mereka di tempat tidur.

21. Perempuan akan digaji (dibayar) lebih murah dibandingkan laki-laki, kecuali dalam dunia model.

22. Perempuan tidak pernah ’salah’. Dan meminta maaf adalah tugas laki-laki. Hmm...siapa sebenarnya yang merayu Adam memakan buah apel...?

23. Perempuan tidak tahu apapun soal mobil, kecuali dibutuhkan pabrik mobil untuk iklan.

24. Perempuan punya tempat tidur yang lebih baik dan tertata dibandingkan laki-laki. Sebab mereka berpikir, dalam mimpi pun mereka akan dipuja.

25. Jumlah rata-rata barang di kamar mandi perempuan adalah 437. Laki-laki tidak akan dapat mengerti brang-barang tersebut.

26. Perempuan akan bilang bahwa mereka menyukai binatang yang lucu seperti kucing. Laki-laki juga berkata yang sama, tapi bila tidak berada di depan perempuan, ia akan menendangnya.(Point yang satu ini kok jadi seperti fakta tentang lelaki? he he he...)

27. Perempuan sangat suka berbicara di telepon. Mereka bisa menginap di tempat teman selama dua minggu, lalu ketika kembali ke rumah, mereka akan menelpon teman tersebut selama 3 jam.

28. Perempuan akan merapikan stelan mereka (bersolek) bila mau keluar untuk berbelanja, menyiram tanaman, membersihkan garasi, menjawab telpon, membaca buku, atau bahkan membuka surat.
»»  Baca Selengkapnya.........................

Pentingnya Harga Diri Bagi Anak


Hampir setiap saat kita mendengar kata ‘harga diri’, ‘kepercayaan diri’ dan kata-kata sejenisnya, tapi apakah kita memahami benar pentingnya sebuah ‘harga diri’ bagi kehidupan anak kita di masa yang akan datang? Apakah dengan memiliki harga diri ini mereka bisa berbahagia?
Dalam kehidupan, kita sering kali melihat orang-orang yang selalu merasa ‘kurang’, kurang cantik, kurang kaya, dan sebagainya, sehingga mereka tidak merasa bahagia, karena merasa tidak sekaya si-A, atau tidak seberuntung si-B,  itulah gambaran orang-orang yang memiliki harga diri rendah, sehingga mereka selalu membutuhkan dukungan dari orang-orang sekitanya supaya dia merasa lebih baik atas dirinya sendiri. Sedangkan orang dengan harga diri tinggi, dalam situasi yang sama akan belajar untuk melewati masalahnya, dan berjuang untuk meningkatkan nilai tambah dalam dirinya.

Orang yang memiliki harga diri, cenderung lebih dapat menerima hal baru, lebih cepat pulih dalam menghadapi krisis, dan tidak takut mengambil resiko. Mereka tidak menghabiskan waktunya untuk ketakutan sambil memikirkan satu masalah terus menerus. Mereka cenderung lebih fleksibel dan memiliki keyakinan untuk mengambil tindakan dalam mengatasi masalah yang timbul. Dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang terjadi, dan mudah bersosialisasi.

Dari sini dapat kita simpulkan, bahwa anak yang memiliki harga diri akan lebih bahagia, mudah beradaptasi, kreatif, lebih percaya diri dan ulet. Dan sebagai orangtua tentunya kita menginginkan anak kita tumbuh menjadi orang yang memiliki harga diri kan? Karena itu jangan pernah berhenti memberikan dorongan positif dan dukungan kepada anak anda, karena sikap anda sebagai orang tua merupakan faktor terpenting dalam menciptakan rasa percaya diri dan harga diri anak. Perlakuan orang tua selama masa pertumbuhan anak akan membawa pengaruh besar dalam kehidupan mereka selanjutnya.

 Oleh karena itu Sobat Blogger sekalian betapa berartinya peran kita sebagai Orang tuaa untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada anak agar kelak anak kita nanti mempunyai keyakinan pada dirinya sendiri sehingga perlu kiranya kita sebagai Orang tua yang peduli akan kehidupan dimasa yang akan datang untuk membatu membangun harga diri dari anak-anak kita.

Sebagai orang tua tentunya kita semua tahu apa yang terbaik untuk anak kita, karena setiap anak adalah unik, mereka memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, kemampuan dan bakat yang bOerbeda, sifat yang berbeda. Karena itu yang paling memahami anak adalah orang tuanya sendiri.
Namun, berikut adalah sedikit tips dan trick yang mungkin dapat berguna bagi orang tua:

Do…
  • Cintailah anak apa adanya, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Tunjukkanlah kepada mereka bahwa anda mencintainya.
  • Berhati-hatilah dengan perkataan anda, orangtua adalah manusia yang tentunya juga bisa khilaf saat marah, namun berusahalah untuk selalu menjaga perkataan anda, karena terkadang kata-kata yang ‘menjatuhkan’ bisa membekas di hati mereka.
  • Berilah pujian atas keberhasilan mereka.
  • Dengarkan lah cerita mereka, berikan simpati atas masalah yang mereka hadapi.
  • Berikan dorongan kepada mereka untuk berpikir sendiri dan melakukan hal-hal yang mereka senangi.
  • Berikan kesempatan untuk mereka melakukan hal-hal yang baru, jangan tergesa-gesa menawarkan bantuan.
  • Luangkan waktu untuk bersama mereka, sekedar bersantai dan bermain, atau bertukar cerita.
  • Berilah mereka tanggung jawab sesuai dengan umurnya.
  • Ajari mereka bertanggung jawab atas perbuatannya, misalnya meminta maaf pada teman saat melakukan kesalahan.
Don’t…
  • Jangan hanya mencintainya pada saat dia melakukan hal-hal yang sesuai keinginan anda.
  • Jangan membandingkan anak dengan orang lain.
  • Jangan melontarkan kritikan yang tidak membangun, seperti: “Kamu pemalas, tidak berguna”.
  • Jangan menyalahkan anak atas sesuatu yang anda lakukan.
»»  Baca Selengkapnya.........................

Cara Mengatasi Anak yang Malas Belajar

 
Malas belajar pada anak secara psikologis merupakan wujud dari melemahnya kondisi mental, intelektual, fisik, dan psikis anak. Malas belajar timbul dari beberapa faktor, untuk lebih mudahnya terbagi menjadi dua faktor besar, yaitu: 1) faktor intrinsik ( dari dalam diri anak), dan 2) Faktor ekstrinsik (faktor dari luar anak).

1. Dari Dalam Diri Anak (Intrinsik)
Rasa malas untuk belajar yang timbul dari dalam diri anak dapat disebabkan karena kurang atau tidak adanya motivasi diri. Motivasi ini kemungkinan belum tumbuh dikarenakan anak belum mengetahui manfaat dari belajar atau belum ada sesuatu yang ingin dicapainya. Selain itu kelelahan dalam beraktivitas dapat berakibat menurunnya kekuatan fisik dan melemahnya kondisi psikis. Sebagai contoh, terlalu lama bermain, terlalu banyak mengikuti les ini dan les itu, terlalu banyak mengikuti ekstrakulikuler ini dan itu, atau membantu pekerjaan orangtua di rumah, merupakan faktor penyebab menurunnya kekuatan fisik pada anak. Contoh lainnya, terlalu lama menangis, marah-marah (ngambek) juga akan berpengaruh pada kondisi psikologis anak.

2. Dari Luar Anak (Ekstrinsik)
Faktor dari luar anak yang tidak kalah besar pengaruhnya terhadap kondisi anak untuk menjadi malas belajar. Hal ini terjadi karena:
a. Sikap Orang Tua
Sikap orang tua yang tidak memberikan perhatian dalam belajar atau sebaliknya terlalu berlebihan perhatiannya, bisa menyebabkan anak malas belajar. Tidak cukup di situ, banyak orang tua di masyarakat kita yang menuntut anak untuk belajar hanya demi angka (nilai) dan bukan mengajarkan kepada anak akan kesadaran dan tanggung jawab anak untuk belajar selaku pelajar. Akibat dari tuntutan tersebut tidak sedikit anak yang stress dan sering marah-marah (ngambek) sehingga nilai yang berhasil ia peroleh kurang memuaskan. Parahnya lagi, tidak jarang orang tua yang marah-marah dan mencela anaknya bilamana anak mendapat nilai yang kuang memuaskan. Menurut para pakar psikologi, sebenarnya anak usia Sekolah Dasar janga terlalu diorentasikan pada nilai (hasil belajar), tetapi bagaimana membiasakan diri untuk belajar, berlatih tanggung jawab, dan berlatih dalam suatu aturan.

b. Sikap Guru
Guru selaku tokoh teladan atau figur yang sering berinteraksi dengan anak dan dibanggakan oleh mereka, tapi tidak jarang sikap guru di sekolah juga menjadi objek keluhan siswanya. Ada banyak macam penyebabnya, mulai dari ketidaksiapan guru dalam mengajar, tidak menguasai bidang pelajaran yang akan diajarkan, atau karena terlalu banyak memberikan tugas-tugas dan pekerjaan rumah. Selain itu, sikap sering terlambat masuk kelas di saat mengajar, bercanda dengan siswa-siswa tertentu saja atau membawa masalah rumah tangga ke sekolah, membuat suasana belajar semakin tidak nyaman, tegang dan menakutkan bagi siswa tertentu.

c. Sikap Teman
Ketikan seorang anak berinteraksi dengan teman-temannya di sekolah, tentunya secara langsung anak bisa memperhatikan satu sama lainnya, sikap, perlengkapan sekolah, pakaian dan asesoris-asesoris lainnya. Tapi sayangnya tidak semua teman di sekolah memiliki sikap atau perilaku yang baik dengan teman-teman lainnya. Seorang teman yang berlebihan dalam perlengkapan busana sekolah atau perlengkapan belajar, seperti sepatu yang bermerk yang tidak terjangkau oleh teman-teman lainnya, termasuk tas sekolah dan alat tulis atau sepeda dan mainan lainnya, secara tidak langsung dapat membuat iri teman-teman yang kurang mampu. Pada akhirnya ada anak yang menuntut kepada orang tuanya untuk minta dibelikan perlengkapan sekolah yang serupa dengan temannya. Bilamana tidak dituruti maka dengan cara malas belajarlah sebagai upaya untuk dikabulkan permohonannya.

d. Suasana Belajar di Rumah

Bukan suatu jaminan rumah mewah dan megah membuat anak menjadi rajin belajar, tidak pula rumah yang sangat sederhana menjadi faktor mutlak anak malas belajar. Rumah yang tidak dapat menciptakan suasana belajar yang baik adalah rumah yang selalu penuh dengan kegaduhan, keadaan rumah yang berantakan ataupun kondisi udara yang pengap. Selain itu tersedianya fasilitas-fasilitas permainan yang berlebihan di rumah juga dapat mengganggu minat belajar anak. Mulai dari radio tape yang menggunakan kaset, CD, VCD, atau komputer yang diprogram untuk sebuah permainan (games), seperti Game Boy, Game Watch maupun Play Stations. Kondisi seperti ini berpotensi besar untuk tidak terciptanya suasana belajar yang baik.

e. Sarana Belajar
Sarana belajar merupakan media mutlak yang dapat mendukung minat belajar, kekurangan ataupun ketiadaan sarana untuk belajar secara langsung telah menciptakan kondisi anak untuk malas belajar. Kendala belajar biasanya muncul karena tidak tersedianya ruang belajar khusus, meja belajar, buku-buku penunjang (pustaka mini), dan penerangan yang bagus. Selain itu, tidak tersediannya buku-buku pelajaran, buku tulis, dan alat-alat tulis lainnya, merupakan bagian lain yang cenderung menjadi hambatan otomatis anak akan kehilangan minat belajar yang optimal.

Enam langkah untuk mengatasi malas belajar pada anak dan membantu orangtua dalam membimbing dan mendampingi anak yang bermasalah dalam belajar antara lain:

1. Mencari Informasi
Orangtua sebaiknya bertanya langsung kepada anak guna memperoleh informasi yang tepat mengenai dirinya. Carilah situasi dan kondisi yang tepat untuk dapat berkomunikasi secara terbuka dengannya. Setelah itu ajaklah anak untuk mengungkapkan penyebab ia malas belajar. Pergunakan setiap suasana yang santai seperti saat membantu ibu di dapur, berjalan-jalan atau sambil bermain, tidak harus formal yang membuat anak tidak bisa membuka permasalahan dirinya.

2. Membuat Kesepakatan bersama antara orang tua dan anak.
Kesepakatan dibuat untuk menciptakan keadaan dan tanggung jawab serta memotivasi anak dalam belajar bukan memaksakan kehendak orang tua. Kesepakatan dibuat mulai dari bangun tidur hingga waktu hendak tidur, baik dalam hal rutinitas jam belajar, lama waktu belajar, jam belajar bilamana ada PR atau tidak, jam belajar di waktu libur sekolah, bagaimana bila hasil belajar baik atau buruk, hadiah atau sanksi apa yang harus diterima dan sebagainya. Kalaupun ada sanksi yang harus dibuat atau disepakati, biarlah anak yang menentukannya sebagai bukti tanggungjawabnya terhadap sesuatu yang akan disepakati bersama.

3. Menciptakan Disiplin.
Bukanlah suatu hal yang mudah untuk menciptakan kedisiplinan kepada anak jika tidak dimulai dari orang tua. Orang tua yang sudah terbiasa menampilkan kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari akan dengan mudah diikuti oleh anaknya. Orang tua dapat menciptakan disiplin dalam belajar yang dilaksanakan secara konsisten dan berkesinambungan. Latihan kedisiplinan bisa dimulai dari menyiapkan peralatan belajar, buku-buku pelajaran, mengingatkan tugas-tugas sekolah, menanyakan bahan pelajaran yang telah dipelajari, ataupun menanyakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam suatu pelajaran tertentu, terlepas dari ada atau tidaknya tugas sekolah.

4. Menegakkan Kedisiplinan.
Menegakkan kedisiplinan harus dilakukan bilamana anak mulai meninggalkan kesepakatan-kesepakatan yang telah disepakati. Bilamana anak melakukan pelanggaran sedapat mungkin hindari sanksi yang bersifat fisik (menjewer, menyentil, mencubit, atau memukul). Untuk mengalihkannya gunakanlah konsekuensi-konsekuensi logis yang dapat diterima oleh akal pikiran anak. Bila dapat melakukan aktivitas bersama di dalam satu ruangan saat anak belajar, orang tua dapat sambil membaca koran, majalah, atau aktivitas lain yang tidak mengganggu anak dalam ruang tersebut. Dengan demikian menegakkan disiplin pada anak tidak selalu dengan suruhan atau bentakan sementara orang tua melaksanakan aktifitas lain seperti menonton televisi atau sibuk di dapur.

5. Ketegasan Sikap
Ketegasan sikap dilakukan dengan cara orang tua tidak lagi memberikan toleransi kepada anak atas pelanggaran-pelanggaran yang dilakukannya secara berulang-ulang. Ketegasan sikap ini dikenakan saat anak mulai benar-benar menolak dan membantah dengan alasan yang dibuat-buat. Bahkan dengan sengaja anak berlaku ’tidak jujur’ melakukan aktivitas-aktivitas lain secara sengaja sampai melewati jam belajar. Ketegasan sikap yang diperlukan adalah dengan memberikan sanksi yang telah disepakati dan siap menerima konsekuensi atas pelanggaran yang dilakukannya.

6. Menciptakan Suasana Belajar
Menciptakan suasana belajar yang baik dan nyaman merupakan tanggung jawab orangtua. Setidaknya orang tua memenuhi kebutuhan sarana belajar, memberikan perhatian dengan cara mengarahkan dan mendampingi anak saat belajar. Sebagai selingan orangtua dapat pula memberikan permainan-permainan yang mendidik agar suasana belajar tidak tegang dan tetap menarik perhatian.
Ternyata malas belajar yang dialami oleh anak banyak disebabkan oleh berbagai faktor. Oleh karena itu sebelum anak terlanjur mendapat nilai yang tidak memuaskan dan membuat malu orangtua, hendaknya orang tua segera menyelidiki dan memperhatikan minat belajar anak. Selain itu, menumbuhkan inisiatif belajar mandiri pada anak, menanamkan kesadaran serta tanggung jawab selaku pelajar pada anak merupakan hal lain yang bermanfaat jangka panjang. Jika enam langkah ini dapat diterapkan pada anak, maka sudah seharusnya tidak adalagi keluhan dari orang tua tentang anaknya yang malas belajar atau anak yang ngambek karena selalu dimarahi orang tuanya.
»»  Baca Selengkapnya.........................

MEMBANGUN KEPERCAYAAN DIRI

Pede (kata bahasa gaul harian kita. Kita? Loe g ikut kali…) atau Percaya Diri, menjadi hal yang sulit bagi banyak orang. Ada orang yang merasa kehilangan rasa kepercayaan diri di hampir keseluruhan wilayah hidupnya. Bisa karena krisis diri, depresi, hilang kendali, merasa tak berdaya menatap masa depan, de el el. Ada orang yang merasa belum pede dengan apa yang dilakukan. Ada juga orang yang kurang percaya diri ketika menghadapi keadaan atau situasi tertentu, seorang cowok selalu salah tingkah di depan cewek (kayk spa zz? Ayo ngaku..)

Bagi sebagian kita yang punya masalah seputar rendahnya kepercayaan-diri atau merasa telah kehilangan kepercayaan diri, mungkin Anda bisa menjadikan langkah-langkah berikut ini sebagai proses latihan:


1.Menciptakan definisi diri positif

Steve Chandler mengatakan, “Cara terbaik untuk mengubah sistem keyakinanmu adalah mengubah definisi dirimu.” Bagaimana menciptkan definisi diri positif. Di antara cara yang bisa kita lakukan adalah:

o Membuat kesimpulan yang positif tentang diri sendiri / membuat opini yang positif tentang diri sendiri. Positif di sini artinya yang bisa mendorong atau yang bisa membangun, bukan yang merusak atau yang menghancurkan.

o Belajar melihat bagian-bagian positif / kelebihan / kekuatan yang kita miliki

o Membuka dialog dengan diri sendiri tentang hal-hal positif yang bisa kita lakukan, dari mulai yang paling kecil dan dari mulai yang bisa kita lakukan hari ini.



Selain itu, yang perlu dilakukan adalah menghentikan opini diri negatif yang muncul, seperti misalnya saya tidak punya kelebihan apa-apa, hidup saya tidak berharga, saya hanya beban masyarakat, dan seterusnya. Setelah kita menghentikan, tugas kita adalah menggantinya dengan yang positif, konstruktif dan motivatif. Ini hanya syarat awal dan tidak cukup untuk membangun kepercayaan diri.


2.Memperjuangkan keinginan yang positif
Selanjutnya adalah merumuskan program / agenda perbaikan diri. Ini bisa berbentuk misalnya memiliki target baru yang hendak kita wujudkan atau merumuskan langkah-langkah positif yang hendak kita lakukan. Entah itu besar atau kecil, intinya harus ada perubahan atau peningkatan ke arah yang lebih positif. Semakin banyak hal-hal positif (target, tujuan atau keinginan) yang sanggup kita wujudkan, semakin kuatlah pede kita. Kita perlu ingat bahwa pada akhirnya kita hanya akan menjadi lebih baik dengan cara melakukan sesuatu yang baik buat kita. Titik. Tidak ada yang bisa mengganti prinsip ini.


3.Mengatasi masalah secara positif


Pede juga bisa diperkuat dengan cara memberikan bukti kepada diri sendiri bahwa kita ternyata berhasil mengatasi masalah yang menimpa kita. Semakin banyak masalah yang sanggup kita selesaikan, semakin kuatlah pede. Lama kelamaan kita menjadi orang yang tidak mudah minder ketika menghadapi masalah. Karena itu ada yang mengingatkan, begitu kita sudah terbiasa menggunakan jurus pasrah atau kalah, ini nanti akan menjadi kebiasaan yang membuat kita seringkali bermasalah.


4.Memiliki dasar keputusan yang positif.
Kalau dibaca dari praktek hidup secara keseluruhan, memang tidak ada orang yang selalu yakin atas kemampuannya dalam menghadapi masalah atau dalam mewujudkan keinginan. Orang yang sekelas Mahatma Gandhi saja sempat goyah ketika tiba-tiba realitas berubah secara tak terduga-duga. Tapi, Gandhi punya cara yang bisa kita tiru: “Ketika saya putus asa maka saya selalu ingat bahwa sepanjang sejarah, jalan yang ditempuh dengan kebenaran dan cinta selalu menang. Ada beberapa tirani dan pembunuhan yang sepintas sepertinya menang tetapi akhirnya kalah. Pikirkan ucapan saya ini, SELALU”. Artinya, kepercayaan Gandhi tumbuh lagi setelah mengingat bahwa langkahnya sudah dilandasi oleh prinsip-prinsip yang benar
»»  Baca Selengkapnya.........................